Banner 468 x 60px

 

Tuesday, May 22, 2012

MAKALAH BAHASA INDONESIA FONOLOGI, MORFOLOGI DAN KATA ULANG

0 comments

MAKALAH BAHASA INDONESIA
FONOLOGI, MORFOLOGI DAN KATA ULANG

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Kelompok Bahasa Indonesia

Oleh :
Nama Kelompok
1.            Metry Setianingsih K.S
2.            Mutiara
3.            Mutiara Wati
4.            Prisintia Wahyu Utami
5.            Nola Susanti
6.            M. Khoirul Huda
7.            Reni Marlina
                            
Semester : I B







PGSD UPP METRO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2009/2010

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Karena berkat rahmatNya telah memberikan kami kemampuan untuk dapat menyelesaikan tugas kelompok dengan judul “Fonologi, morfologi dan kata ulang”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas kelompok semester I tahun 2009 mata kuliah Bahasa Indonesia.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
  1. Drs. Sarengat, M.Pd. selaku ketua UPP PS PGSD Metro.
  2. Dr. Suearjo, M.Pd. sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing dan menuntun kami sehingga terselesaikannya makalah ini.
  3. Teman-teman Semester I/B. Terima kasih atas dorongan motivasinya.
  4. Semua Pihak yang ikut membantu penyelesaian makalah ini.

Kami sadar akan adanya kekurangan dalam karya tulis ini, jika banyak terjadi kekeliruan maupun kesalahan kami mohon maaf. Kami membuka selebar-lebarnya pintu kritik maupun saran yang membangun demi kebaikan makalah ini.

Metro, Oktober 2009
Tim Penulis






1. Pengertian Fonologi

Fonologi berasal dari bahasa Yunani fhone “bunyi” dan logos artinya ilmu, jadi secara bahasa fonologi berarti ilmu yang mempelajari tentang bunyi/ ucapan. Secara istilah Fonologi adalah ilmu yang mempelajari bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, fonologi merupakan cabang tata bahasa. Fonologi juga disebut tata bunyi. Dalam arti lain fonologi disebut sebagai bagian tata bahasa yang menganalisis bunyi secara umum. Fonologi dalam tuturan ilmu bahasa dibagi menjadi dua bagian yakni, fonetik dan fonemik.

2. Ilmu-ilmu Bahasa yang tercakup dalam Fonologi

Fonetik adalah cabang ilmu linguistik yang meneliti dasar fisik bunyi-bunyi bahasa. Fonetik membahas bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan. Untuk itu ada tiga macam alat ucap yang digunakan dengan bunyi ujaran;
  1. Udara adalah yang dialirkan keluar dari paru-paru, ketika berbicara.
  2. Artikulator adalah bagian alat ucap yang dapat digerakkan atau digeser ketika bunyi diucapkan.
  3. Titik artikulasi adalah bagia alat ucap yang menjadi tujuan sentuh dari artikulator.
   Jika bunyi ujaran yang keluar dari paru-paru tidak mendapat halangan maka bunyi yang dihasilkan adalah vokal. Bunyi vokal yang dihasilkan dari beberapa hal berikut;
  1. Posisi bibir (bentuk bibir ketika mengucapkan sesuatu bunyi)
  2. Tinggi rendahnya lidah (posisi ujung dan belakang lidah ketika mengucapkan bunyi).
  3. Maju mundurnya lidah (jarak yang terjadi antara lidah dan alveolum atau lengkung kaki gigi)
Untuk lebih jelasnya, perhatikan diagram vokal berikut!


Depan
Pusat
Belakang
Atas
I
-
u
Tengah
E
e
o
Bawah
-
a
-
Jika bunyi ujaran, ketika udara keluar dari paru-paru mendapat halangan maka terjadilah bunyi konsonan. Halangan yang dijumpai bermacam-macam, ada hubungan yang bersifat seluruhnya, dan ada pula yang sebagian yaitu dengan menggeser atau mengadukan arus suara atau tabel sehingga menghasilkan konsonan yang bermacam-macam pula. Pembagian fonem konsonsan dalam bahasa Indonesia, misalnya berikut ini.

  1. Konsonan hambat, bersuara, bilabial; b
  2. Konsonan hambat, tak bersuara, bilibial: p
  3. Konsonan hambat, bersuara, bilabial:m, dan seterusnya.

Fonetik artikulatoris  meneliti   alat-alat organik  yang  dipakai  untuk menghasilkan bunyi   bahasa.  Fonetik   organis,   atau   fonetik    artikulatoris,  atau   fonetik   fisiologis mempelajari   bagaimana   mekanisme   alat-alat   bicara  yang  ada  dalam tubuh manusia menghasilkan bunyi bahasa.
Fonetik  akustik  menyelidiki  bunyi  menurut  sifat-sifatnya  sebagai  getaran udara. Fonetik  akustik   menyangkut  bunyi  bahasa  dari   sudut  bunyi  sebagai  getaran  udara,  dari   segi   bunyi   sebagai   gejala fisis.   Bunyi-bunyi   diselidiki   frekuensi  getarannya, amplitudo, intensitas, dan timbrenya oleh alat pembantu seperti oscillograph.
Fonetik    auditoris  mempelajari  bagaimana  mekanisme  telinga  menerima  bunyi bahasa   sebagai   getaran   udara.   Fonetik   jenis  ini   cenderung  dimasukkan ke  dalam neurologi ilmu kedokteran.

Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas tentang bunyi-bunyi bahasa sebagai (fonem) pembeda makna. Apabila kita berujar lalu arus ujaran itu kita potong atas bagian-bagiannya, dan bagian-bagian itu dipotong-potong lagi sampai pada unsur-unsurnya yang terkecil maka arus ujaran yang terkecil itu disebut bunyi ujaran. Tiap bunyi ujaran dalam tiap bahasa mempunyai fungsi membedakan arti. Bunyi ujaran yang dapat membedakan arti ini disebut fonem. Dalam bahasa Indonesia, secara resmi ada tiga puluh dua buah fonem, yang terdiri atas;

  1. Fonem vokal 6 buah;a,i,u,e,o,
  2. Fonem diftong 3 buah, oi,ai,ou
  3. Fonem konsonan 23 buah,
Selain fonem dan fonetik, hal yang perlu dipahami dalam berujar adalah intonasi. Intonasi mengatur tinggi-rendah, keras lunak, cepat lambatnya suara dalam berujar sehingga ujaran dapat dipahami oleh pendengar.

3. Pengertian Morfologi Bahasa Indonesia
Morfologi merupakan bagian dari tata bahasa, yang membahas tentang bentuk-bentuk kata. Perhatikan contoh berikut ini.
Yeyen membantu ayah berkebun.
Apabila satuan atau unsur yang membentuk ujaran diatas dipenggal-penggal menjadi satauan yang lebih kecil yaitu; yeyen, membantu, ayah, berkebun. Keempat satuan ini masing-masing mempunyai arti karena itu disebut satuan gramatik. Satuan Yeyen dan satuan ayah tidak dapat diuraikan lagi, sedangkan satuan membantu dan berkebun masih dapat diuraikan menjadi mem dan bantu, serta ber dan kebun. Satuan bantu dan kebun, telah mengandung makna sendiri, sehingga langsung dapat membentuk kalimat sendiri. Satuan semacam ini disebut gramatis, berbeda dengan satuan mem dan ber-, satuan ini belum mengandung makna tersendiri karena itu, tidak langsung bisa membuat kalimat. Satuan seperti ini, disebut satuan nongramatis. Untuk ikut membentuk kalimat  maka satuan nongramatis seperti mem- dan ber- harus digabung dengan satuan gramatis lain. Kedua macam satuan ini yakni gramatis dan nongramatis disebut morfem. Dengan kata lain, morfem adalah satuan bahasa yang dapat membentuk kata.

4. Jenis-jenis Morfem Bahasa Indonesia
Morfem berdasrakan bentuknya dalam bahasa Indonesia ada dua macam morfem, yaitu berikut.
a. Morfem Bebas
    Morfem bebas, yaitu morfem yang mempunyai potensi untuk berdiri sendiri sebagai kata dan dapat langsung membentuk kalimat. Jadi dapat dikatakan bahwa morfem bebas itu kata dasar. Sedangkan kata menurut bentuknya meliputi berikut ini.
1). Kata dasar
2). Kata jadian yang terbagai lagi menjadi;
      a. Berimbuhan
      b. Kata ulang;
      c. Kata majemuk
b. Morfem Terikat
 Morfem terikat merupakan morfem yang belum mengandung arti maka morfem ini belum mempunyai potensi sebagai kata. Untuk membentuk kata, morfem ini harus digabung dengan morfem bebas. Morfem terikat dalam bahasa Indonesia ada 2 macam, yakni morfem terikat morfologis dan morfem terikat sintaksis.
Morfem terikat morfologis yakni, morfem yang terikat pada sebuah morfem dasar; adalah sebagai berikut.
1). Prefiks = awalan; per-,me-,ter-,di-,ber- dan lain-lain.
2). Infiks = sisipan; -el, -em, -er-
3). Sufiks = akhiran; -an,-kan,-i
4). Konfiks = Imbuhan gabungan senyawa; per-an, ke-an, dan lain-lain.

Morfem Terikat Sintaksis adalah morfem dasar yang tidak mampu berdiri sendiri sebagai kata.
Dia yang menulis dan menjual buku itu.
Dari deretan morfem yang menjadi unsur kata dalam kalimat diatas, jika diklasifikasikan berdasarkan morfemnya adalah sebagai berikut.
Dia, nulis (tulis), jual, buku, itu adalah morfem bebas. Me-, men- adalah morfem terikat morfologis. Bagaimana dengan morfem yang dan morfem dan?, yang dalam kalimat diatas belum dapat berdiri sendiri sebagai kata karena tidak mengandung makna tersendiri, begitu juga dengan dan. Gejala seperti inilah yang tergolong morfem terikat sintaksis.
Kemudian  berdasarkan kebebasannya, keutuhannya, maknanya dan sebagainya. Morfem dibagi lagi menjadi;
A.  Morfem Utuh dan Morfem Terbagi
Pembedaan morfem utuh dan morfem terbagi berdasarkan bentuk formal yang dimiliki morfem tersebut: apakah merupakan satu kesatuan yang utuh atau merupakan dua bagian yang terpisah atau terbagi, karena disisipi morfem lain. Semua morfem dasar bebas seperti pembahasan diatas adalah termasuk morfem utuh, seperti {meja}, {kursi}, {kecil}, (taut), dan {pinsil}. Begitu juga dengan sebagian morfem terikat, seperti {ter-}, {ber-}, (henti}, dan {juang}. Sedangkan morfem terbagi adalah sebuah morfem yang terdiri dari dua buah bagian yang terpisah. Umpamanya pada kata Indonesia kesatuan terdapat satu morfem utuh, yaitu {satu } dan satu morfem terbagi, yakni { ke-/-an } kata perbuatan terdiri dari satu morfem utuh, yaitu {buat} dan satu morfem terbagi, yaitu {per-/-an}. Sehubungan dengan morfem terbagi ini, untuk bahasa Indone­sia, ada catatan yang perlu diperhatikan, yaitu:
Pertama, semua afiks yang disebut konfiks seperti {ke-/-an}, { ber-/-an } (per-/-an}, dan { pe-/-an } adalah termasuk morfem terbagi. hlamun, bentuk {ber-/-an} bisa merupakan konfiks, dan bermusuhan saling memusuhi; tetapi bisa juga bukan konfiks, seperti pada beraturan dan berpakaian.
Kedua dalam bahasa Indonesia ada afiks yang disebut infiks, yakni afiks yang disisipkan di tengah morfem dasar. Misalnya, afiks {-er} pada kata gerigi, infiks {-el-} pada kata pelatuk, dan infiks {-em-} pa a kata gemetar.
B Morfem Segmental dan Suprasegmental
Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental, seperti morfem {lihat}, {lah}, {sikat}, dan (ber}. Jadi, semua morfem yang berwujud bunyi adalah morfem segmental. Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya.
C. Morfem Beralomorf Zero
Dalam linguistik deskriptif ada konsep mengenai morfem beralomorf zero atau not (lambangnya berupa Æ), yaitu morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun berupa prosodi (unsur suprasegmental), melainkan bempa ”kekosongan”.
D.  Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem Tidak Bermakna Leksikal
Yang dimaksud dengan morfem bermakna leksikal adalah morfem­-morfem yang secara inheren telah memiliki makna pada dirinya sendiri, tanpa perlu berproses dulu dengan morfem lain. Misalnya, dalam bahasa Indonesia, morfem-morfem seperti {kuda}, {pergi}, {lari} dan {merah} adalah morfem bermakna leksikal. Oleh karena itu, morfem-morfem seperti ini, dengan sendirinya sudah dapat digunakan secara bebas, dan mempunyai kedudukan yang otonom di dalam pertuturan.
Sebaliknya, morfem tak bermakna leksikal tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri. Morfem ini baru mempunyai makna dalam gabungannya dengan morfem lain dalam suatu proses morfologi. Yang biasa dimaksud dengan morfem tak bermakna leksikal ini adalah morfem-morfem afiks, seperti {ber-}, {me-}, dan {ter-}.
Dalam dikotomi morfem bermakna leksikal dan tak bermakna leksikal ini, untuk bahasa Indonesia timbul masalah. Morfem-morfem §eperti { juang } { henti } dan {gaul} yang oleh Verhaar disebut bentuk prakategoriai, mempunyai makna atau tidak ? Kalau dikatakan mempunyai makna jelas morfem-morfem tersebut tidak dapat berdiri sendiri sebagai bentuk yang otonom di dalam pertuturan. Kalau dikatakan tidak bermakna jelas morfem-morfem itu bukan afrks. Secara semantik, morfem­morfem itu mempunyai makna; tetapi secara gramatikal morfem­morfem tersebut tidak mempunyai kebebasan dan otonomi.
Ada satu bentuk morfem lagi yang perlu dibicarakan atau dipersoalkan mempunyai makna leksikal atau tidak, yaitu morfem-­morfem yang di datam gramatika berkategori sebagai preposisi dan konjungsi. Morfem-morfem yang termasuk preposisi dan konjungsi jetas bukan afiks dan jelas memiiiki makna. Namun, kebebasannya dalam pertuturan juga terbatas, meskipun tidak seketat kebebasan morfem afiks.
5. Jenis-jenis kata ulang
  • Reduplikasi fonologis - pengulangan fonem tanpa terlalu banyak mengubah arti dasar
  • Reduplikasi morfologis - pengulangan morfem, misalnya: papa, mama
  • Reduplikasi sintaksis - pengulangan morfem yang menghasilkan klausa, contoh "malam-malam pekerjaan itu dikerjakannya", artinya "walau sudah malam hari, pekerjaan itu tetap dikerjakannya"
  • Reduplikasi gramatikal - pengulangan fungsional dari bentuk dasar yang meliputi reduplikasi morfologis dan sintaksis
  • Reduplikasi idiomatis - atau 'kata ulang semu', adalah pengulangan kata dasar yang menghasilkan kata baru, contoh "mata-mata" artinya agen rahasia. Lihat pula: Kata Indonesia yang selalu dalam bentuk terulang
  • Reduplikasi non-idiomatis - pengulangan kata dasar yang tidak mengubah makna dasar, contoh "kucing-kucing"
5. Makna kata ulang
Kata ulang sangat banyak digunakan dalam percakapan kita sehari-hari dalam bahasa Indonesia. Lihat saja kata sehari-hari pada kalimat di atas adalah termasuk kata ulang. Di bawah ini merupakan arti dari kata ulang yang ada di Indonesia, yaitu antara lain :
1. Kata ulang yang menyatakan banyak tidak menentu
Contoh :
- Di tempat kakek banyak pepohonan yang rimbun dan lebat sekali.
- Pulau-pulau yang ada di dekat perbatasan dengan negara lain perlu diperhatikan oleh pemerintah.
2. Kata ulang yang menyatakan sangat
Contoh :
- Jambu merah pak raden besar-besar dan memiliki kenikmatan yang tinggi.
- Anak kelas 3 ipa 1 orangnya malas-malas dan sangat tidak koperatif.
3. Kata ulang yang menyatakan paling
Contoh :
- Setinggi-tingginya Joni naik pohon, pasti dia akan turun juga.
- Mastur dan Bornok mencari kecu sebanyak-banyaknya untuk makanan ikan cupang kesayangannya.
4. Kata ulang yang menyatakan mirip / menyerupai / tiruan
Contoh :
- Adik membuat kapal-kapalan dari kertas yang dibuang Pak Jamil tadi pagi.
- Si Ucup main rumah-rumahan sama si Wati seharian di halaman rumah.
5. Kata ulang yang menyatakan saling atau berbalasan
Contoh :
- Ketika mereka berpacaran selalu saja cubit-cubitan sambil tertawa.
- Saat lebaran biasanya keluarga di rt.4 kunjung-kunjungan satu sama lain.
6. Kata ulang yang menyatakan bertambah atau makin
Contoh :
- Biarkan dia main hujan! lama-lama dia akan kedinginan juga.
- Ayah meluap-luap emosinya ketika tahu dirinya masuk perangkap penipu kartu kredit.
7. Kata ulang yang menyatakan waktu atau masa
Contoh :
- Orang katro dan ndeso itu datang ke rumahku malam-malam.
- Datang-datang dia langsung tidur di kamar karena kecapekan.
8. Kata ulang yang menyatakan berusaha atau penyebab
Contoh :
- Setelah kejadian itu dia menguat-nguatkan diri mencoba untuk tabah.
9. Kata ulang yang menyatakan terus-menerus
Contoh :
- Anjing buduk dan rabies itu suka mengejar-ngejar anak kecil yang lewat di dekat kandangnya yang bau.
- Mirnawati selalu bertanya-tanya pada dirinya apakah kesalahannya pada Bram dapat termaafkan.
10. Kata ulang yang menyatakan agak (melemahkan arti)
Contoh :
- Karena berjalan sangat jauh kaki si Adul sakit-sakit semua.
- Jangan tergesa-gesa begitu dong!
Nanti jatuh.
11. Kata ulang yang menyatakan beberapa
Contoh :
- Sudah bertahun-tahun nenek tua itu tidak bertemu dengan anak perempuannya yang pergi ke Hong Kong.
- Mas parto berminggu-minggu tidak apel ke rumahku. Ada apa ya?
12. Kata ulang yang menyatakan sifat atau agak
Contoh :
- Lagak si bencong itu kebarat-baratan kayak dakocan.
- Wajahnya terlihat kemerah-merahan ketika pujaan hatinya menyapa dirinya.
13. Kata ulang yang menyatakan himpunan pada kata bilangan
Contoh :
- Coba kamu masukkan gundu bopak itu seratus-seratus ke dalam tiap plastik!
- Jangan beli beyblade banyak-banyak nak! Nanti uang sakumu habis.
14. Kata ulang yang menyatakan bersengang-senang atau santai
Contoh :
- Dari tadi padi si Bambang kerjanya cuma tidur-tiduran di sofa.
- Ular naga panjangnya bukan kepalang berjalan-jalan selalu riang kemari.
DAFTAR PUSTAKA

Santosa Puji. 2007. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka, Departemen Pendidikan.
Supriyadi. 1992. Pendidkan Bahasa Indonesia 4. Jakarta: Universitas Terbuka, Departemen Pendidikan.
http://www.bahtera.org/kateglo/?mod=dictionary&action=view&phrase=morfem
http://susilo.adi.setyawan.student.fkip.uns.ac.id/tag/morfologi
http://organisasi.org
Organisasi.org Komunitas & Perpustakaan Digital Indonesia




0 comments: