BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan
merupakan sebagian dari fenomena interaksi kehidupan sosial manusia. Menurut K.J.
Veeger pada hekekatnya kehidupan sosial itu terdiri dari jumlah aksi dan reaksi
yang tak terbilang banyaknya, baik antara perorangan maupun antara kelompok.
Pihak-pihak yang terlibat menyesuaikan diri dengan salah satu pola perilaku
yang kolektif. Kesatuan yang berasal dari penyesuaian diri itu disebut kelompok
atau masyarakat.
Oleh karenanya, pendidikan merupakan bagian dari interaksi sosial yang
telah ada bersamaan dengan kehidupan manusia.
Secara normatif, data tektual dalam al-Qur’an menunjukkan adanya interaksi
pendidikan yang tidak saja terjadi secara sosiologis di alam dunia,
tetapi telah bermula semenjak kehidupan Adam as di surga. Kehidupan alam
surgawi ini memberikan gambaran awal, betapa interaksi pendidikan terjadi
antara Allah swt, malaikat, Adam as, dan Iblis. Allah sebagai sumber
pengetahuan pendidikan mengajarkan proses tranformasi pengetahuan kepada Adam
dengan melibatkan potensi makhluk malaikat dan Iblis. Dalam hal ini, Adam as
representasi dari makhluk manusia, kelak akan menjadi khalifah di bumi yang
mana malaikat meragukan akan kemampuan.
BAB II
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Pendidikan
Islam
Pendidikan
Islam yaitu bimbingan jasmani dan rohani menuju terbentuk
kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian lain
Pendidikan Islam merupakan suatu bentuk kepribadian utama yakni kepribadian
muslim. kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam memilih dan
memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab
sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang
bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yang bercorak diri berderajat
tinggi menurut ukuran Allah dan isi pendidikan adl mewujudkan tujuan ajaran
Allah (Djamaluddin 1999: 9).
Menurut Hasan Langgulung yang
dikutip oleh Djamaluddin (1999) Pendidikan Islam ialah pendidikan yang memiliki
empat macam fungsi yaitu :
- Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang. Peranan ini berkaitan erat dengan kelanjutan hidup masyarakat sendiri.
- Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan-peranan tersebut dari generasi tua kepada generasi muda.
- Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan untuk memilihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yg menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup suatu masyarakat dan peradaban.
- Mendidik anak agar beramal di dunia ini utk memetik hasil di akhirat.
An-Naquib
Al-Atas yang dikutip oleh Ali mengatakan pendidikan Islam ialah usaha yang
dialakukan pendidik terhadap anak didik untuk pengenalan dan pengakuan
tempat-tempat yang benar dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan
sehingga membimbing kearah pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan yang
tepat di dalam tatanan wujud dan keberadaan (1999: 10 ).
Adapun Mukhtar Bukhari yang dikutip oleh Halim Soebahar mengatakan pendidikan Ialam adalah seganap kegiatan yang dilakukan seseorang atau suatu lembaga untuk menanamkan nilai-nilai Islam dalam diri sejumlah siswa dan keseluruhan lembaga-lembaga pendidikan yang mendasarkan program pendidikan atau pandangan dan nilai-nilai Islam (2002: 12).
Adapun Mukhtar Bukhari yang dikutip oleh Halim Soebahar mengatakan pendidikan Ialam adalah seganap kegiatan yang dilakukan seseorang atau suatu lembaga untuk menanamkan nilai-nilai Islam dalam diri sejumlah siswa dan keseluruhan lembaga-lembaga pendidikan yang mendasarkan program pendidikan atau pandangan dan nilai-nilai Islam (2002: 12).
Pendidikan
Islam adalah jenis pendidikan yang pendirian dan penyelenggaraan didorong oleh
hasrat dan semangat cita-cita unutk mengejewantahkan nilai-nilai Islam baik yang
tercermin dalam nama lembaga maupun dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan
(Soebahar 2002: 13). Kendati dalam peta pemikiran Islam upaya menghubungkan
Islam dengan pendidikan masih diwarnai banyak perdebatan namun yang pasti
relasi Islam dengan pendidikan bagaikan dua sisi mata uang mereka sejak awal
mempunyai hubungan filosofis yang sangat mendasar baik secara ontologis epistimologis
maupun aksiologis.
Yang dimaksud dgn pendidikan Islam disini adalah : pertama ia merupakan suatu upaya atau proses yang dilakukan secara sadar dan terencana membantu peserta didik melalui pembinaan asuhan bimbingan dan pengembangan potensi mereka secara optimal agar nanti dapat memahami menghayati dan mengamalkan ajaran islam sebagai keyakinan dan pandangan hidup demi keselamatan di dunia dan akherat. Kedua merupakan usaha yang sistimatis pragmatis dan metodologis dalam membimbing anak didik atau tiap individu dalam memahami menghayati dan mengamalkan ajaran islam secara utuh demi terbentuk kepribadian yang utama menurut ukuran islam. Dan ketiga merupakan segala upaya pembinaan dan pengembangan potensi anak didik untuk diarahkan mengikuti jalan yang islami demi memperoleh keutamaan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat.
Yang dimaksud dgn pendidikan Islam disini adalah : pertama ia merupakan suatu upaya atau proses yang dilakukan secara sadar dan terencana membantu peserta didik melalui pembinaan asuhan bimbingan dan pengembangan potensi mereka secara optimal agar nanti dapat memahami menghayati dan mengamalkan ajaran islam sebagai keyakinan dan pandangan hidup demi keselamatan di dunia dan akherat. Kedua merupakan usaha yang sistimatis pragmatis dan metodologis dalam membimbing anak didik atau tiap individu dalam memahami menghayati dan mengamalkan ajaran islam secara utuh demi terbentuk kepribadian yang utama menurut ukuran islam. Dan ketiga merupakan segala upaya pembinaan dan pengembangan potensi anak didik untuk diarahkan mengikuti jalan yang islami demi memperoleh keutamaan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat.
Menurut
Fadlil Al-Jamali yg dikutip oleh Muzayyin Arifin pendidikan Islam adalah proses
yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan mengangkat derajat
kemanusiaan sesuai dengan kemampuan dasar (fitroh) dan kemampuan ajar (2003:
18).
Maka dengan demikian pendidikan Islam dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa pendidikan Islam sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia baik dari aspek rohaniah jasmaniah dan juga harus berlangsung secara hirarkis. oleh karen itu pendidikan Islam merupakan suatu proses kematangan perkembangan atau pertumbuhan baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses demi proses kearah tujuan transformatif dan inovatif.
Pendidikan islam sebagaimana rumusan diatas menurut Abd Halim Subahar ( 1992 : 64) memiliki beberapa prinsip yang membedakan dengan pendidikan lain Prinsip Pendidikan islam antara lain :
Maka dengan demikian pendidikan Islam dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa pendidikan Islam sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia baik dari aspek rohaniah jasmaniah dan juga harus berlangsung secara hirarkis. oleh karen itu pendidikan Islam merupakan suatu proses kematangan perkembangan atau pertumbuhan baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses demi proses kearah tujuan transformatif dan inovatif.
Pendidikan islam sebagaimana rumusan diatas menurut Abd Halim Subahar ( 1992 : 64) memiliki beberapa prinsip yang membedakan dengan pendidikan lain Prinsip Pendidikan islam antara lain :
- Prinsip tauhid
- Prinsip Integrasi
- Prinsip Keseimbangan
- Prinsip persamaan
- Prinsip pendidikan seumur hidup dan
- Prinsip keutamaan.
Sedangkan tujuan pendidikan islam
dapat dirumuskan sebagai berikut :
- Untuk membentuk akhlakul karimah.
- Membantu peserta didik dalam mengembangkan kognisi afeksi dan psikomotori guna memahami menghayati dan mengamalkan ajaran islam sebagai pedoman hidup sekaligus sebagai kontrol terhadap pola fikir pola laku dan sikap mental.
- Membantu peserta didik mencapai kesejahteraan lahir batin dangan membentuk mereka menjadi manusia beriman bertaqwa berakhlak mulia memiliki pengetahuan dan keterampilan berkepribadian integratif mandiri dan menyadari sepenuh peranan dan tanggung jawab diri di muka bumi ini sebagai abdulloh dan kholifatulloh.
·
Terminologi interaksi pada mulanya
diterapkan oleh ilmuan Barat dalam wilayah ilmu sosial. Interaksi digunakan
untuk melihat prilaku individu dan kelompok dalam realitas sosial. Menurut
Robert H. Lauer bahwa manusia membuat sejarah dan tidak pernah bertindak dalam
kevakuman, di mana sejarah selalu terjadi dalam suasana interaksi dengan orang
lain. Manusia adalah makhluk sosial yang keberadaannya diciptakan dalam acuan
interaksi sosial. Karena itu, interaksi sosial dilihat sebagai mekanisme yang
menggerakkan perubahan, terutama menggerakkan kompetisi dan konflik.
·
Berdasarkan perspektif interaksi
tersebut, fenomena interaksi antara Allah, malaikat, Adam dan iblis, serta
antara Qabil, Habil dan Adam dapat dijelaskan mekanismenya, apakah terjadi
karena kompetisi atau konflik. Pada realitas iteraksi pertama antara malaikat
dan tuhan, tampaknya sulit menghindarkan penilaian bahwa malaikat memandang
kehadiran khalifah yang digambarkan tuhan kepadanya sebagai pesaing dalam
komunitas surgawi. Apa yang terjadi dalam diri iblis, berupa tidak patuh untuk
bersujud kepada Adam menandakan kompetesi antar kelompok makhluk surgawi.
Demikian pula konflik yang terjadi antara Qabil dan Habil dalam memperebutkan pasangannya.
Hal ini menandakan sebagaimana dinyatakan oleh Lauer- bahwa di sepanjang
sejarah yang tercatat, manusia telah meneliti sifat realitas dan menemukan
konflik di situ. Perhatian manusia terhadap konflik, telah tercermin dalam
literatur keagamaan kuno, termasuk di dalamnya dalam pandangan Islam (seperti
kasus di atas).
Dalam
kontek pendidikan anak, model interaksi pendidikan merupakan salah satu problem
penting yang perlu diselesaikan di samping problem metodologi,
epistemologi
dan problem-problem lainnya. Pentingnya segera membangun model interaksi pendidikan
anak berdasar al-Qur’an dimaksudkan untuk membenahi pendidikan anak yang telah
sedemikian rupa dihegemoni oleh imperialisasi teori pendidikan Barat. Demikian
pula berarti menghindari kultus pendidikan Barat dengan mempertegas jati diri
pendidikan al-Qur’an. Meskipun demikian, juga harus dikatakan bahwa
tidaklah pada tempatnya mendikotomikan pendidikan Barat dengan Islam, karena
ada dimensi konseptual pendikan yang berlaku secara universal. Hanya
secara faktual menurut pandangan Mujammil Qamar apa yang di klaim sebagai
pendidikan Islam ternyata dalam rinciannya adalah pendidikan Barat yang
diperkuat dengan ayat al-Qur’an dan Hadist. Hal ini dapat dijumpai pada
struktur keilmuan, kurikulum, metode pendidikan/ pengajaran, evaluasi, filsafat
pendidikan, ilmu pendidikan dan lain-lain. Teori yang dipakai acuan pada
disiplin ilmu tersebut adalah produk dari ilmuwan Barat yang tidak berangkat
dari wahyu.
Di dalam
interaksi pendidikan, hubungan timbal balik antara guru (pengajar) dan anak
(murid) harus menunjukkan adanya hubungan edukatif (mendidik), di mana
interaksi itu harus diarahkan pada suatu tujuan tertentu yang bersifat
mendidik, yaitu adanya perubahan tingkah laku anak didik ke arah kedewasaan. Dalam
hal ini, menurut Soetomo hubungan antara anak dan dengan orang tua dapat
dikatakan mempunyai hubungan (interaksi) edukatif apabila salah satu fihak
(orang tuanya) dalam hal itu mempunyai tujuan tertentu. Misalnya orang tua
melarang anak tidak lagi makan sambil berjalan karena dianggap kurang baik.
Sebaliknya, hubungan orang tua dengan anak dapat juga dikatakan interaksi
sosial biasa, jika dalam interaksi itu tidak ada tujuan yang jelas, semisal
hanya gurauan.
Pendidikan Anak dalam Perspektif Islam
Beberapa bulan yang lalu muncul
wacana tentang amandemen Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 sebagai
sebuah upaya perlindungan terhadap hak perempuan dan anak. Munculnya wacana ini
dipicu oleh adanya realitas bahwa UU tersebut belum bisa mengakomodir pelbagai
kepentingan dan hak perempuan dan anak yang selama ini lingkupnya masih
terbatas. Selain memunculkan eksploitasi terhadap perempuan, UU yang tidak
responsif terhadap kepentingan perempuan dan anak ini juga memunculkan fenomena
kekerasan terhadap anak, baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan
sosial yang lebih luas, seperti banyaknya anak-anak di bawah umur yang
dieksploitasi di lingkungan kerja.
Bagaimana mendidik anak dan
menciptakan lingkungan yang kondusif dalam upaya pengembangan pribadi dan
karakter anak, sebenarnya sudah dijelaskan secara komprehensif dalam Islam.
Dalam Islam, hak-hak anak dan upaya perlindungan terhadap anak benar-benar
dijaga dan dihormati. Semuanya berpangkal pada satu orientasi untuk menyiapkan
generasi berkualitas dari segi moral, intelektual, dan spiritual. Buku Menjadi
Orangtua Bijak, Solusi Kreatif Menangani Pelbagai Masalah Pada Anak karya
Abdul Mustaqim mencoba menawarkan konsep pendidikan anak dalam perspektif
Islam. Penulis buku ini mengharapkan akan muncul orangtua kreatif dan bijak
dalam keluarga, sehingga pendidikan dan hak anak akan terjaga dan terealisasi
dengan baik. Karena dari keluargalah pembentukan peradaban sebenarnya dimulai.
Pendidikan Anak: Perspektif
al-Qur’an dan al-Sunnah
Secara
tegas al-Qur’an menyatakan, bahwa keturunan merupakan bagian dari kelanjutan
misi kekhalifahan di muka bumi Artinya, kelangsungan peradaban bumi ini akan
tergantung pada keturunan yang menjadi pewaris generasi sebelumnya. Jika mereka
memiliki kualitas yang baik, tentu kehidupan di muka bumi ini akan berlanjut
secara simultan. Sebaliknya jika diserahkan kepada generasi yang tidak
bertanggungjawab, maka muka bumi ini akan diwarnai keangkaramurkaan dan
kehancuran. Di sainilah urgensi pendidikan anak (tarbiyyah al-aulâd) dalam
Islam. Dengan pendidikan yang baik dan bekesinambungan, anak-anak sebagai
generasi penerus dan pewaris kehidupan di muka bumi ini akan menjadi manusia
yang baik dan berorientasi kepada kemaslahatan.
Berkaitan dengan pendidikan anak (tarbiyyah
al-aulâd), anak memiliki dua sisi yang saling berlawanan. Satu sisi anak
adalah amanah Allah yang dititipkan kepada orangtua. Di sisi lain anak
merupakan fitnah bagi kehidupan orangtua secara khusus dan masyarakat serta
lingkungan secara umum. Karena anak merupakan amanah Allah yang akan ditanyakan
pertanggungjawabannya, maka menjadi kewajiban orangtua untuk mendidiknya dengan
baik agar menjadi generasi yang berkualitas. Jika amanah ini disia-siakan,
tentulah kehancuran peradaban akan segera terjadi. Kalau sudah seperti ini,
fungsi anak sebagai amanah yang akan melanjutkan kelangsungan peradaban berubah
menjadi fitnah.
Lantas bagaimana bentuk pendidikan
yang baik untuk anak agar ia menjadi generasi penerus yang siap memakmurkan
bumi dan melanjutkan peradaban? Dalam hal ini, al-Qur’an dan al-Hadits banyak
menawarkan konsep.
1. Islam, melalui al-Qur’an dan al-Hadts menawarkan metode pendidikan anak
yang demokratis, penuh dengan sikap lembut dan kasih sayang, tanpa melupakan
ketegasan dan kewibawaan. Hal ini seperti dicontohkan oleh Nabi Ibrahim as.
ketika beliau diperintahkan menyembelih putranya, Ismail as. Dalam peristiwa
ini, Nabi Ibrahim dengan sikap demokratisnya bermusyawarah dengan Ismail untuk
meminta pendapatnya. Akhirnya, dengan jiwa besar, Ismail rela berkorban demi
mematuhi perintah Allah swt. Tetapi, ketabahan dan kepatuhan dua hamba Allah
ini diganti dengan balasan pahala yang sangat besar.
2.
Memulai dari memilih pasangan yang
baik. Generasi berkualitas hanya berasal dari benih yang bagus dan terjaga.
Sehingga memilih pasangan yang memiliki kualitas keimanan dan ketakwaan kepada
Allah menjadi sangat penting. Karena warna pendidikan anak akan sangat
bergantung pada komitmen agama kedua orangtuanya.
3.
Memperhatikan tahap-tahap
pendidikan anak. Islam sangat jeli dalam mengkonsep pendidikan anak. Di antara
tahap-tahap pendidikan anak itu antara lain: tahap pranatal (sebelum bayi
lahir), tahap kelahiran bayi, tahap anak-anak, dan tahap remaja.
4.
Memperhatikan sifat pendidik, dalam hal ini
orangtua. Karena proses pendidikan anak melibatkan tiga faktor utama: anak
sebagai peserta didik, orang tua atau guru sebagai pendidik, dan lingkungan
sebagai tempat pendidikan. Di antara sifat yang harus dimiliki orangtua dalam
mendidik anak-anaknya adalah sabar, lemah lembut, penyayang, luwes, moderat,
dan mengendalikan emosi.
Empat konsep dasar inilah yang
menjadi pilar utama pendidikan anak dalam Islam. Dengan memperhatikan keempat
poin utama di atas, orang tua akan melahirkan generasi berkualitas dan
bertanggungjawab yang akan meneruskan kelangsungan peradaban ini.
Peran Orang Tua dalam Pendidikan
Anak
Baik buruknya peribadi dan perilaku
anak sangat bergantung kepada orangtua. Hal ini seperti ditegaskan Rasulullah
saw. dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari: Setiap anak lahir
dalam keadaan suci, orang tuanya-lah yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani,
maupun Majusi. Maka peranan orang tua dalam pendidikan anak menjadi sangat
urgen. Karena hal ini bersangkutan dengan masa depan anak dan masa depan
peradaban.
Dalam mendidik
anak ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan orang tua yaitu:
1.
Sikap kasih sayang.
Sikap ini penting untuk diterapkan
orangtua dalam mendidik anak, karena dengan sikap ini akan melahirkan suasana
damai dalam upaya pembangunan mental anak. Tetapi orang tua harus membedakan
sikap kasih sayang dengan sikap memanjakan. Terkadang orang tua menganggap
bahwa menyayangi anak adalah dengan memanjakannya. Justru dengan memanjakan
anak, akan melahirkan mental lembek dan sikap tidak mandiri pada anak.
2.
Sikap bijak.
Selain ditentukan oleh faktor kasih
sayang dalam keluarga, keberhasilan proses pendidikan anak juga sangat
ditentukan oleh sikap bijak orangtua dalam mendidik anak. Hal ini pernah
dicontohkan Rasulullah saw. ketika beliau mendidik generasi sahabat dengan
sikap bijaksana yang tertuang dalam nilai-nilai keteladanan, keadilan,
kejujuran, dan tanggungjawab. Sehingga melahirkan sahabat-sahabat yang mewarnai
peradaban dengan kejayaan dan kegemilangan.
3.
komunikasi efektif di tengah
lingkungan keluarga.
Komunikasi dalam keluarga, yang
dibangun di atas landasan kasih sayang, menjadi penting dalam mendidik anak,
karena ia merupakan sarana pewarisan nilai-nilai moral dari orangtua kepada
anak. Terkadang orangtua tidak memiliki waktu dan sarana untuk melakukan
komunikasi dengan anak karena kesibukan kerja. Padahal di sinilah pintu
kegagalan dalam mendidik anak.
4.
menciptakan keluarga yang
harmonis.
Poin ini menjadi sangat urgen, karena dari
lingkungan keluarga harmonislah anak yang bermental positif akan lahir.
Sedangkan anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak harmonis akan
menderita gangguan perkembangan kepribadian.
Keempat faktor utama ini merupakan
tanggungjawab orangtua dalam upaya pengimplementasiannya. Sehingga peran utama
orangtua dalam mewujudkan keempat faktor di atas dalam kehidupan rumah tangga
merupakan pintu gerbang untuk mewujudkan pendidikan anak yang baik, sebagai
titik awal menciptakan generasi berkualitas.
Kiat Praktis Mendidik Anak
Setelah menjelaskan beberapa poin
utama sebagai landasan moral dalam mendidik anak, penulis buku ini mencoba
menawarkan beberapa langkah praktis dalam mendidik anak. Upaya yang dilakukan
penulis buku ini bertumpu pada al-Qur’an dan al-Hadits sebagai landasan utama.
1)
mengembangkan perilaku moralitas
pada anak.
Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah saw.,
“Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus untuk menyempurnakan akhlak”.
Urgensi peran orangtua dalam mengembangkan moralitas pada anak terletak pada
upaya menjaga kesucian fitrah anak. Karena anak dilahirkan dalam kondisi
fitrah. Artinya nilai-nilai moral sudah ada pada anak sejak lahir. Orang tuanya-lah
yang berperan menjaga dan mengembangkannya. Dalam upaya perannya ini, orangtua
dituntunt untuk mampu menciptakan suasana kasih sayang dalam keluarga, menjadi
teladan yang baik (Uswah Hasanah), dan menerapkan sikap
disiplin serta empati.
2)
memahami bakat dan mengembangkan
kreativitas anak.
Hal ini dicontohkan Rasulullah saw.
dengan memerintahkan kepada orangtua agar sejak kecil, anak dilatih dan
diajarkan memanah, menjahit, berenang, dan sebagainya. Selain itu, orangtua
juga diperintahkan untuk mengembangkan kreativitas anak. Karena dengan sikap
kreatif ini, kecenderungan transfer pengetahuan (transfer of knowledge)
akan bisa dikikis. Sehingga akan muncul inovasi-inovasi dari anak sebagai
generasi penerus.
3)
mengajarkan sikap kemandirian.
Hal ini menjadi penting dalam upaya
pendidikan anak yang baik, karena menurut ahli hikmah jika anak dididik dalam
kemanjaan ia akan menjadi manusia yang mementingkan diri sendiri (egois). Sikap
mandiri bisa dipupuk dengan cara tidak selalu memberikan apa yang diinginkan
anak. Karena Islam melarang orangtua untuk memberikan kasih sayang yang
berlebihan kepada anak.
4)
mengajarkan kedisiplinan.
Sikap ini menjadi sangat penting,
karena akan membentuk kematangan mental dan keteguhan jiwa. Dengan kedua sikap
ini, anak akan dengan tekun dan sabar dalam mencapai cita-cita masa depannya.
Selain beberapa langkah praktis
dalam mendidik anak seperti disebutkan di atas, Abdul Mustaqim juga menawarkan
solusi kreatif bagi orangtua dalam menangani anak bermasalah. Di antara
beberapa permasalahan pada anak yang harus menjadi perhatian orangtua adalah:
kecenderungan anak untuk bersikap nakal, malas, suka berbohong, rasa takut,
malas belajar, suka jajan dan boros, serta anak yang sulit bergaul. Semua
masalah tersebut bisa diatasi orangtua dengan bertumpu pada konsep dasar dalam
pendidikan anak, yaitu kasih sayang, bijaksana, komunikatif, dan upaya
pembentukan keluarga harmonis.
Upaya-upaya pendidikan anak seperti
dipaparkan di atas merupakan upaya lahiriah dalam menghasilkan generasi
berkualitas. Abdul Mustaqim juga menawarkan upaya batiniah dalam pendidikan
anak. Menurutnya, pendidikan anak tidak cukup ditempuh dengan upaya lahiriah
saja. Tetapi juga harus dibarengi dengan upaya batiniah berupa berdoa kepada
Allah agar diberi kekuatan dan kesabaran dalam mendidik anak. Di sinilah letak
keistimewaan buku ini. Sehingga buku ini layak, bahkan wajib diapresiasi oleh
orangtua yang mendambakan anak yang berkualitas, juga perlu dijadikan pegangan
oleh para pendidik secara khusus dan masyarakat secara umum, dalam rangka
mengawal moralitas demi berlangsungnya peradaban di muka bumi ini.
No comments:
Post a Comment