MAKALAH
MOTIVASI
Merupakan tugas Kelompok untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Belajar
Jurusan : Tarbiyah
Prodi : Pendidikan Bahasa Arab (PBA)
Di susun Oleh :
Dwi
Astuti 1060162
Fitri
Purnamasari 0841232
Mustakim 1060582
Dosen Pembimbing :
Ibu Zusy Arianti
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
JURAI SIWO METRO
2011
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan, sering didapatkan banyak manusia yang melakukan
pekerjaan dengan gigih dan banyak pula yang santai, bahkan tidak sedikit yang
tidak berbuat apapun. Dengan demikian manusia berbeda-beda dalam melewati
setiap detik dalam kehidupannya. Perbedaan perilaku manusia dalam menyikapi
waktu tersebut merupakan gejala-gejala kejiwaan yang menarik perhatian. Secara
psikologis ada persoalan yang harus dipecahkan, kenapa dalam satu waktu ada
orang yang bekerja ada pula yang terbuai dalam lamunan.
Mengapa mereka melakukan perbuatan itu? Apa yang mempengaruhi jiwa
mereka sehingga terlahir perilaku yang berbeda-beda? Dalam kajian psikologi,
sesuatu yang terdapat dibalik dilakukannya sebuah sikap atau perilaku manusia
adalah sesuatu yang dikenal dengan isltilah motivasi.
Istilah motivasi baru digunakan sejak abad kedua puluh. Selama
beratus-ratus tahun, manusia dipandang sebagai makhluk rasional dan intelek
yang memiliki tujuan dan menentukan sederet perbuatan secara bebas. Manusia
bebas memilih dan pilihan ada yang baik maupun yang buruk, tergantung pada
intelegensi dan pendidikan individu, oleh karenanya manusia bertanggung jawab
penuh terhadap setiap perilakunya.
Konsep motivasi terinspirasi dari kesadaran para pakar ilmu,
terutama pakar filsafat, bahwa tidak semua tingkah laku manusia dikendalikan oleh akal, akan
tetapi tidak banyak perbuatan manusia yang dilakukan di luar kontrol manusia.
Sehingga lahirlah sebuah pendapat, bahwa manusia di samping sebagai makhluk
rasionalistik, ia juga sebagai makhluk yang mekanistik yaitu makhluk yang
digerakkan oleh sesuatu di luar nalar, yang biasa disebut naluri atau insting.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Motivasi
Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari
dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat
diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif[1].
Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc.
Donald ini mengandung tiga elemen penting[2] :
1.
Motivasi itu
mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu
2.
Motivasi
ditandai dengan munculnya rasa/feeling dan afeksi seseorang
3.
Motivasi akan
dirangsang karena adanya tujuan.
Sedangkan
menurut Hoy dan Miskel motivasi adalah kekuatan-kekuatan yang kompleks,
dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan, pernyataan-pernyataan, ketegangan
(Tension States), atau mekanisme-mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga
kegiatan-kegiatan yang diinginkan ke arah pencapaian tujuan-tujuan personal.
Sedangkan dalam
kamus besar bahasa Indonesia, motivasi diartikan dorongan yang timbul pada diri
sesorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan
tujuan tertentu[3].
Jadi motivasi
adalah Dorongan yang muncul dalam diri seseorang dalam kondisi apapun yang
tujuannya untuk melakukan sesuatu guna mencapai sesuatu yang diinginkan.
Dalam
kegiatan belajar mengajar, apabila ada seorang siswa, misalnya tidak berbuat
sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki sebab-sebabnya.
Sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam, mungkin ia tidak senang, mungkin
sakit, lapar, ada problem pribadi dan lain-lain. Hal ini berarti pada diri anak
tidak terjadi perubahan energi, tidak terangsang afeksinya untuk melakukan
sesuatu karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar. Keadaan semacam
ini perlu dilakukan daya upaya yang dapat menemukan sebab musababnya kemudian
mendorong seorang siswa itu mau melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan,
yakni belajar. Dengan kata lain, siswa perlu diberikan rangsangan agar tumbuh
motivasi pada dirinya.
B.
Teori-teori
Motivasi[4]
1.
Teori Hedonisme
Hedonisme adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan
atau kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran di dalam filsafat yang memandang
bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan yang
bersifat duniawi. Menurut teori Hedonisme, para siswa harus diberi motivasi
secara tepat agar tidak malas belajar matematika, dengan cara memenuhi
kesenangannya.
2.
Teori Naluri
(Psikoanalisis)
Teori naluri merupakan bagian terpenting dari pandangan mekanisme
terhaddap manusia. Menurut teori naluri, seseorang tidak memilih tujuan dan
perbuatan, akan tetapi dikuasai oleh kekuatan-kekuatan bawaan, yang menentukan
tujuan dan perbuatan yang akan dilakukan.
3.
Teori Reaksi
yang Dipelajari
Teori ini berbeda pandangan dengan tindakan atau perilaku manusia
yang berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola dan tingkah laku yang
dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang belajar paling
banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat ia hidup dan dibesarkan. Oleh
karena itu, teori ini disebut teori lingkungan kebudayaan. Menurut teori ini,
apabila seorang pemimpin atau seorang pendidik akan memotivasi anak buah atau
anak didiknya, Pemimpin atau Pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar
latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang yang dipimpinnya.
4.
Adanya Teori
Pendorong (Drive Theory)
Teori ini merupakan perpaduan antara “teori Naluri” dengan “teori
reaksi yang dipelajari”. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya
sesuatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Misalnya
suatu daya pendorong pada lawan jenis. Semua orang dalam semua kebudayaan
mempunyai daya pendorong pada lawan jenis. Namun cara-cara yang digunakan
berlainan pada setiap individu, menurut latar belakang dan kebudayaan
masing-masing.
5.
Teori Kebutuhan
Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia
pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun
kebutuhan psikis. Kadang-kaddang istilah “kebutuhan” dan “dorongan” digunakan
secara bergantian, namun kebutuhan lebih sering mengacu pada keadaan fisiologis,
dari hilangnya jaringan-jaringan, dan “dorongan” mengacu pada akibat psikologis
dari suatu kebutuhan. Kebutuhan dan dorongan berjalan pararel tetapi tidak
identik.
Menurut Maslow, manusia memiliki lima tingkat kebutuhan yaitu :
kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital,
menyangkut fungsi-fungsi biologis, seperti kebutuhan akan pangan, sandang dan
papan, kesehatan dan kebutuhan seks.
a.
Kebutuhan rasa
aman dan perlindungan (safety and security). Seperti perlindungan dari bahaya
dan ancaman, penyakit, perang, kelaparan, dan perlakuan tidak adil.
b.
Kebutuhan
sosial, yang meliputi kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi,
diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan dan kerja sama.
c.
Kebutuhan akan
penghargaan, termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi , kemampuan, status
dan pangkat.
d.
Kebutuhan akan aktualisasi diri, seperti
kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, mengembangkan diri
sebagai maksimum, kreativitas dan ekspresi diri.
C.
Macam-macam
Motivasi
Menurut Chaplin, motivasi dapat dibagi menjadi dua[5] :
1.
Physiological
drive
Ialah dorongan-dorongan yang bersifat fisik, seperti lapar, haus,
seks dan sebagainya.
2.
Social motives
Ialah dorongan-dorongan yang berhubungan dengan orang lain, seperti
estetis, dorongan ingin selalu berbuat baik, dan etis.
Sedangkan Woodwoth dan Marquis menggolongkan motivasi menjadi tiga
macam, yaitu[6]
:
1.
Kebutuhan-kebutuhan
organis, yaitu motivasi yang berkaitan dengan kebutuhan dengan dalam, seperti
makan, minum, kebutuhan bergerak dan istirahat/tidur dan sebagainya.
2.
Motivasi
darurat yang mencakup dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk
membalas, dorongan untuk berusaha, dorongan untuk mengejar dan sebagainya. Motivasi ini timbul
jika situasi menuntut timbulnya kegiatan yang cepat dan kuat dari diri manusia.
3.
Motivasi
objektif yaitu motivasi yang diarahkan kepada objek atau tujuan tertentu di
sekitar kita, motif ini mencakup kebutuhan untuk eksplorasi, manipulasi,
menaruh minat.
D.
Motivasi bagi
Belajar Manusia[7]
Seorang guru sangat menyadari pentingnya motivasi di dalam
membimbing belajar murid. Berbagai macam teknik misalnya kenaikan tingkat,
penghargaan, peranan-peranan kehormatan, piagam-piagam prestasi, pujian dan
celaan telah dipergunakan untuk mendorong murid-murid agar mau belajar. Bukan
hanya sekolah-sekolah yang berusaha memberi motivasi tingkah laku manusia ke
arah perubahan tingkah laku yang diharapkan.
E.
Motivasi dalam
Kaca Mata Islam
Dalam Al qur’an ditemukan beberapa statement baik secara eksplisit
maupun implisit menunjukkan beberapa bentukan dorongan yang mempengaruhi
manusia. Beberapa ayat Al-qur’an tersebut antara lain[8] :
1.
Dijadikan indah
pada pandangan manusia kecintaan apa-apa yang diingini, para perempuan,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan (kendaraan
yang bagus), binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup
di dunia, dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (Surga). (Q.S. Ali
Imran : 14)
2.
Sekali-kali
janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia.
(Q.S. Al Qiyamah : 20)
3.
Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetapkan atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan
pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui. (Q.S. Ar Ruum : 30).
Ayat yang
pertama dan kedua menunjukkan bahwa manusia pada dasarnya memiliki kecintaan
yang kuat terhadap dunia dan syahwat (sesuatu yang bersifat kenikmatan pada
badan) yang terwujud dalam kesukaan terhadap perempuan, anak, dan harta
kekayaan. Dalam ayat kedua dijelaskan larangan untuk menafikan kehidupan dunia
karena sebenarnya manusia diberikan keinginan dalam dirinya untuk mencintai
dunia itu.
Ayat yang ketiga
menekankan motif bawaan dalam wujud fitrah, sebuah potensi dasar. Potensi dasar
yang memiliki makna sifat bawaan, mengandung arti bahwa sejak diciptakan
manusia memiliki sifat bawaan yang menjadi pendorong untuk melakukan berbagai
macam bentuk perbuatan, tanpa disertai dengan peran akal, sehingga terkadang
manusia tanpa disadari bersikap dan bertingkah laku untuk menuju pamenuhan
fitrahnya.
Dalam kaitannya
dengan itu, potensi dasar dapat mengambil wujud dorongan-dorongan naluriah di
mana pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang di dalam hal
ini biasa disebut naluri, yaitu :
a.
Dorongan naluri
mempertahankan diri
Naluri mempertahankan diri ini terwujud secara biologis dalam wujud
dorongan unutk mencari makan, menghindarkan diri dari bahaya, menjaga diri agar
tetap sehat, mencari perlindungan untuk hidup aman dan sebagainya. Dorongan
menjaga diri, menurut Najati berfungsi melayani dorongan cinta keabadian, sebab
dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiologis, tubuh sebenarnya telah mengusahakan
kelangsungan hidup seseorang.
b.
Dorongan naluri
mengembangkan diri
Naluri mengembangkan diri sendiri juga merupakan sebuah potensi
dasar manusia sebagai bentukan senyawa unsur ruhiy dan jism. Dimensi jism yang
statis dihiasi dimensi ruhiy melahirkan sebuah sinergi unsur yang berdinamika.
Dinamika diri ini terarah pada usaha pengembangan diri yang terwujud dalam
bentuk pencapaian diri dalam aspek pengetahuan bahkan pada aktualitas
diri. Dorongan ingin tahu dan mempelajari
sesuatu yang belum diketahuinya pada manusia inilah yang menjadikan budaya
manusia makin maju dan makin tinggi.
c.
Dorongan naluri
diri mempertahankan jenis.
Manusia atau hewan secara sadar maupun tidak sadar, selalu menjaga
agar jenisnya ataupun keturunannya tetap berkembang dan hidup. Dorongan nafsu
ini antara lain terjelma dalam adanya perjodohan dan perkawinan untuk
memelihara dan mendidik anak-anak.
BAB III
PENUTUP
Dari uraian di atas dapat diambil beberapa kesimpulan, yakni :
1.
Motivasi adalah
segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong
seseorang untuk memenuhi kebutuhan
2.
Teori motivasi
terbagi menjadi lima, yaitu :
a.
Teori Hedonisme
b.
Teori Naluri
(psikoanalisis)
c.
Teori reaksi
yang dipelajari
d.
Adanya teori
pendorong (Drive theory)
e.
Teori kebutuhan
3.
Menurut
Chaplin, motivasi dapat dibagi menjadi dua yakni phsiological drive dan social
motives, sedangkan menurut Woodwoth dan Marquis menggolongkan motivasi menjadi
tiga macam yakni kebutuhan-kebutuhan organis, motivasi darurat dan motivasi objektif
4.
Motivasi bagi
belajar manusia sangatlah penting, tanpa
motivasi tidak ada semangat seorang manusia dalam melakukan aktifitas
kehidupannya
5.
Dalam pandangan
islam, motivasi telah banyak dijelaskan dalam ayat-ayat Allah sehingga
merupakan pendukung untuk menggerakkan semangat bagi para muslim untuk
melakukan sesuatu.
[1]
Sardiman, 2010, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, h. 73
[2]
Ibid, h. 74
[3]
Kamus Besar Bahasa Indonesia / Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, ed. 2. Cet. 9, Jakarta : Balai Pustaka, 1997, h. 666
[4]
Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, 2004, Psikologi Suatu Pengantar
dalam Perspektif Islam, Jakarta : Prenada Media, h. 133
[5]
Ibid, h. 137
[6]
Ibid, h. 138
[7]
Wasty Soemanto, 1998, Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT. Rineka Cipta,
h. 200
[8]
Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, op.cit., h. 141
Kamus Besar Bahasa Indonesia / Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, ed. 2. Cet. 9, Jakarta : Balai Pustaka, 1997, h. 666
Sardiman, 2010, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta
: PT. Raja Grafindo Persada
Shaleh, Abdul Rahman dan Muhbib Abdul Wahab, 2004, Psikologi
Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, Jakarta : Prenada Media
Soemanto, Wasty, 1998, Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT.
Rineka Cipta
No comments:
Post a Comment