MAKALAH
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
PERKEMBANGAN FISIK DAN KESEHATAN REPRODUKSI
PADA REMAJA
DISUSN OLEH :
Nama :
Johan Listiyawan
NPM :
10311627
Prodi :
Matematika (A)
FAKULTAS KEGURUAN DAN LIMU PENDIDIKAN
UNERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
T.A. 2010/2011
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………….…..II
Pendahuluan
…………………………………………………………………………....1
Latar belakang…………………………………………………………………………..1
BAB
II…………………………………………………………………………….……..3
PEMBAHASAN………………………………………………………………….……...3
Perkembangan Fisik Pada Remaja……………………………………………….……..3
1.1 Pengertian…………………………………………………………………….……..3
1.2
Perempuan…………………………………………………………………………..4
1.3
Laki-laki…………………………………………………………………………….4
2.1.
Kesehatan Reproduksi Remaja ……………………………………………….……..5
2.1.1.
Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja ………………………………………...5
2.1.2.
Remaja ……………………………………………………………………………5
2.1.2.1.
Pengertian Remaja ………………………………………………………………5
2.1.2.2.
Perubahan yang terjadi pada masa remaja ……………………………………….5
a. Dimensi Biologis ……………………………………………………………...6
b. Dimensi Kognitif ……………………………………………………………..6
c. Dimensi Moral ………………………………………………………………..6
2.1.3.
Anatomi dan Fungsi Organ Reproduksi …………………………………………...7
2.1.3.1.
Wanita…………………………………………………………………………..7
2.1.3.2.
Pria ……………………………………………………………………………..8
2.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi
remaja ……………….9
2.1.4.1.
Kebersihan organ-organ genital …………………………………………………9
2.1.4.2.
Akses terhadap pendidikan kesehatan …………………………………………...9
2.1.4.3.
Hubungan seksual pranikah ……………………………………………………10
2.1.4.4.
Penyalahgunaan NAPZA ………………………………………………………11
2.1.4.5.
Pengaruh media massa …………………………………………………………11
2.1.4.6.
Akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi ……………………………….12
2.1.4.7.
Hubungan harmonis dengan keluarga ………………………………………….12
2.1.4.8.
Penyakit Menular Seksual ……………………………………………………..12
2.2
Pengetahuan ………………………………………………………………………..13
Kesimpulan……………………………………………………………………………14
Daftar Pustaka………………………………………………………………………….15
Pendahuluan
Latar belakang
Remaja, penuh
dengan warna-warni dunia. Mungkin itulah kata-kata yang tepat untuk melukiskan
bahwa begitu banyak warna yang akan menghiasi fese remaja. Elah kita pahami
bersama bahwasannya fese remaja adalah fase dimana kita menemukan sebuah jati
diri yang akan mencadi karakter dimasa dewasa, atau sering dikenal masa remaja
adalah masa pembentukan karakter (character building). Maka tentu kita harus
tahu dan paham dengan fase ini, yang dimana fase ini sangat berpengaruh
terhadap kehidupan kita dimasa selanjutnya, yaitu fase dewasa dan tua.
Selain menjadi
fase pembentukan karakter, fase remaja juga disebut sebagai fase transisi,
dimana perubahan antara fase anak-anak menjadi dewasa melalui fase peralihan
yaitu fase remaja. Pada fase remaja ini banyak terjadi perubahan, baik fisik
maupun psikis. Salah satu yang sangat menonjol dalam perubahan tersebut adalah
perubahan fisik.
Perubahan yang paling dirasakan oleh remaja pertama kali adalah perubahan fisik.
Terjadi pubertas yaitu proses perubahan yang bertahap dalam internal dan
eksternal tubuh anak-anak menjadi dewasa. Perubahan hormon termasuk hormone
seksual membuat remaja menjadi tidak nyaman dengan dirinya dan juga sekaligus
jadi sering terlalu fokus pada kondisi fisiknya. Misalnya : remaja jadi sering
berkaca hanya untuk melihat jerawat atau poninya, jadi terlalu resah dengan
bentuk tubuhnya, dan sebagainya.
Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak proporsional. Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual. Kematangan organ reproduksi ini juga terkadang tidak serta merta langsung diterima oleh remaja. Terkadang mereka takut ketika pertama kali mengalami perubahan-perubahan yang terjadi pada fisiknnya. Misalnya banyak sekali remaja yang takut ketika pertama kali menstruasi.
Kesehatan system reproduksi yang
mengalami perubahan haruslah dimengerti oleh setiap para remaja. Hal ini
dilakukan untuk memahamkan kepada ramaja bahwasannya perubahan tersebut harus
diimbangi dengan kesehatan reproduksi itu sendiri. Hal ini dilakukan agar
setiap remaja terhindar dari penyakit kelamin dan tidak terjebak kepada
hubungan sex bebas.
Maka sebagai mahasiswa yang mungkin
sudah melewati atau masih berada pada fase remaja kita harus tahu dan memahami
perubahan-perubahan yang terjadi pada fase remaja terutama pada fase agar kita
dapat memahamkan para remaja tentang perubahan fisik dan kesehatan reproduksi
agar para remaja tidak takut terhadap perubahan pada fisiknnya dan para remaja
memahami pentingnya menjaga alat reproduksi dan tentang bahaya yang terjadi
pada alat reproduksi akaibat penyimpangan seksual.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian
Perubahan
yang paling dirasakan oleh remaja
pertama kali adalah perubahan fisik. Terjadi pubertas yaitu proses perubahan
yang bertahap dalam internal dan eksternal tubuh anak-anak menjadi dewasa.
Perubahan hormon termasuk hormone seksual membuat remaja menjadi tidak nyaman
dengan dirinya dan juga sekaligus jadi sering terlalu fokus pada kondisi
fisiknya. Misalnya : remaja jadi sering berkaca hanya untuk melihat jerawat
atau poninya, jadi terlalu resah dengan bentuk tubuhnya, dan sebagainya.
Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak proporsional. Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual.
Perkembangan atau pertumbuhan anggota-anggota badan remaja, sebagaimana dikemukakan oleh Monks dkk. (1994), kadang-kadang lebih cepat daripada perkembangan badan. Oleh karena itu, untuk sementara waktu, seorang remaja mempunyai proporsi tubuh yang tidak seimbang. Hal ini akan menimbulkan kegusaran batin yang mendalam karena pada masa remaja ini, perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya. Jadi remaja sendiri merupakan salah satu penilai yang penting terhadap badannya sendiri sebagai stimulus sosial. Bila sang remaja mengerti badannya telah memenuhi persyaratan, sebagaimana yang diharapkan oleh lingkungan sosialnya, maka hal ini akan berakibat positif terhadap penilaian diri.
Secara
umum perubahan-perubahan fisik remaja sebagai berikut :
1.2 Perempuan
- Pertumbuhan payudara (3 - 8 tahun)
- Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (8 -14 tahun)
- Pertumbuhan badan (9,5 - 14,5 tahun)
- Menarche/menstruasi (10 – 16 tahun, kadang 7 thn)
- Pertumbuhan bulu ketiak (2 tahun setelah rambut pubis)
- Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (sama dengan tumbuhnya bulu ketiak)
1.3 Laki-laki
- Pertumbuhan testis (10 – 13,5 tahun)
- Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (10 – 15 tahun)
- Pembesaran badan (10,5 – 16 tahun)
- Pembesaran penis (11 – 14,5 tahun)
- Perubahan suara karena pertumbuhan pita suara (Sama dengan pembesaran penis)
- Tumbuhnya rambut di wajah dan ketiak (2 tahun setelah rambut pubis)
- Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (Sama dengan tumbuhnya bulu ketiak)
Sebagian
besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari
penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh
tertentu. Misalnya si Ani merasa kulitnya tidak putih seperti bintang film,
maka Ani akan berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Ani
yang demikian tentu menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Mungkin Ani akan selalu menolak bila diajak ke pesta oleh temannya sehingga
lama-kelamaan Ani tidak memiliki teman, dan sebagainya.
2.1.
Kesehatan Reproduksi Remaja
2.1.1.
Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan
reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh,
bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu
keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu
menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman. Pengertian
lain kesehatan reproduksi dalam Konferensi International Kependudukan dan
Pembangunan, yaitu kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental
dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran &
sistem reproduksi. Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang
menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian
sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan
namun juga sehat secara mental serta sosial kultural (Fauzi., 2008).
2.1.2.
Remaja
2.1.2.1.
Pengertian Remaja
Remaja
pada umumnya didefenisikan sebagai orang-orang yang mengalami masa peralihan
dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun. Sementara
dalam terminologi lain PBB menyebutkan anak muda (youth) untuk mereka yang
berusia 15-24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam sebuah terminologi kaum muda
(young people) yang mencakup 10-24 tahun. Sementara itu dalam program
BKKBN disebutkan bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 10-24 tahun.
Menurut Hurlock (1993), masa remaja adalah masa yang penuh dengan kegoncangan,
taraf mencari identitas diri dan merupakan periode yang paling berat. Menurut
Bisri (1995), remaja adalah mereka yang telah meningalkan masa kanak-kanak yang
penuh dengan ketergantungan dan menuju masa pembentukan tanggung jawab.
2.1.2.2.
Perubahan yang terjadi pada masa remaja
Perubahan-perubahan
yang terjadi pada saat seorang anak memasuki usia remaja antara lain dapat
dilihat dari 3 dimensi yaitu dimensi biologis, dimensi kognitif dan dimensi
sosial.
a.
Dimensi Biologis
Pada
saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi
pertama pada remaja putri atau pun mimpi basah pada remaja putra, secara
biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang
anak memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pada
saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai
pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga
perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, panggul mulai membesar,
timbul jerawat dan tumbuh rambut pada daerah kemaluan. Anak lelaki mulai
memperlihatkan perubahan dalam suara, tumbuhnya kumis, jakun, alat kelamin
menjadi lebih besar, otot-otot membesar, timbul jerawat dan perubahan fisik
lainnya. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan
akan membawa mereka pada dunia remaja.
b.
Dimensi Kognitif
Perkembangan
kognitif, remaja dalam pandangan Jean Piaget (2007) (seorang ahli perkembangan
kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan
operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya
para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan
masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja
berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan
banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya.
Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka
mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima
informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta
mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu
mengintegrasikan pengalaman lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi
konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan.
c.
Dimensi Moral
Masa
remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai
fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan
nilai diri mereka. Para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam
menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka,
misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dan sebagainya. Remaja
tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang
diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan
keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif
lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar
dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan
kepadanya.
2.1.3.
Anatomi dan Fungsi Organ Reproduksi
2.1.3.1.
Wanita
Organ
reproduksi wanita terbagi menjadi organ reproduksi bagian luar dan organ
reproduksi bagian dalam.
Organ
reproduksi bagian luar:
1. Vulva,
yaitu daerah organ kelamin luar pada wanita yang meliputi labia majora,
labia minora, mons pubis, bulbus vestibuli, vestibulum vaginae, glandula
vestibularis major dan minor, serta orificium vaginae.
2. Labia
majora, yaitu berupa dua buah lipatan bulat jaringan lemak yang ditutupi
kulit dan memanjang ke bawah dan ke belakang dari mons pubis.
3. Mons
pubis, yaitu bantalan berisi lemak yang terletak di permukaan anterior
simfisis pubis. Setelah pubertas, kulit mons pubis akan ditutupi oleh
rambut ikal yang membentuk pola tertentu.
4.
Payudara / kelenjar mamae yaitu organ yang berguna untuk menyusui.
Organ
reproduksi bagian dalam:
1. Labia
minora, yaitu merupakan labia sebelah dalam dari labia majora, dan berakhir
dengan klitoris, ini identik dengan penis sewaktu masa perkembangan janin yang
kemudian mengalami atrofi. Di bagian tengah klitoris terdapat lubang uretra
untuk keluarnya air kemih saja.
2. Hymen,
yaitu merupakan selaput tipis yang bervariasi elastisitasnya berlubang teratur
di tengah, sebagai pemisah dunia luar dengan organ dalam. Hymen akan sobek dan
hilang setelah wanita berhubungan seksual (coitus) atau setelah melahirkan.
3. Vagina,
yaitu berupa tabung bulat memanjang terdiri dari otot-otot melingkar yang di
kanankirinya terdapat kelenjar (Bartolini) menghasilkan cairan sebagai pelumas
waktu melakukan aktifitas seksual.
4. Uterus
(rahim), yaitu organ yang berbentuk seperti buah peer, bagian bawahnya
mengecil dan berakhir sebagai leher rahim/cerviks uteri. Uterus terdiri dari
lapisan otot tebal sebagai tempat pembuahan, berkembangnya janin. Pada dinding
sebelah dalam uterus selalu mengelupas setelah menstruasi.
5. Tuba
uterina (fallopi), yaitu saluran di sebelah kiri dan kanan uterus, sebagai
tempat melintasnya sel telur/ovum.
6. Ovarium,
yaitu merupakan organ penghasil sel telur dan menghasilkan hormon esterogen dan
progesteron. Organ ini berjumlah 2 buah.
Fungsi
organ:
Organ-organ
reproduksi tersebut mulai berfungsi saat menstruasi pertama kali pada usia
10-14 tahun dan sangat bervariasi. Pada saat itu, kelenjar hipofisa mulai
berpengaruh kemudian ovarium mulai bekerja menghasilkan hormon esterogen dan
progesteron. Hormon ini akan mempengaruhi uterus pada dinding sebelah dalam dan
terjadilah menstruasi. Setiap bulan pada masa subur, terjadi ovulasi dengan
dihasilkannya sel telur / ovum untuk dilepaskan menuju uterus lewat tuba
uterina. Produksi hormon ini hanya berlangsung hingga masa menopause, kemudian
tidak berproduksi lagi. Kelenjar payudara juga dipengaruhi oleh hormon ini
sehingga payudara akan membesar.
2.1.3.2.
Pria
Alat
kelamin pria juga dibedakan menjadi alat kelamin pria bagian luar dan alat
kelamin pria bagian dalam.
Organ
reproduksi bagian luar:
1. Penis, yaitu organ reproduksi berbentuk bulat panjang yang berubah
ukurannya pada saat aktifitas seksual. Bagian dalam penis berisi pembuluh
darah, otot dan serabut saraf. Pada bagian tengahnya terdapat saluran air kemih
dan juga sebagai cairan sperma yang di sebut uretra.
2.
Skrotum, yaitu organ yang tampak dari luar berbentuk bulat, terdapat 2 buah
kiri dan kanan, berupa kulit yang mengkerut dan ditumbuhi rambut pubis.
Organ
reproduksi bagian dalam:
1. Testis, yaitu merupakan isi skrotum, berjumlah 2 buah, terdiri dari saluran
kecil-kecil membentuk anyaman, sebagai tempat pembentukan sel spermatozoa.
2. Vas deferens, yaitu merupakan saluran yang membawa sel spermatozoa,
berjumlah 2 buah.
3. Kelenjar prostat, yaitu merupakan sebuah kelenjar yang menghasilkan
cairan kental yang memberi makan sel-sel spermatozoa serta memproduksi
enzim-enzim.
4.
Kelenjar vesikula seminalis, yaitu kelenjar yang menghasilkan cairan untuk
kehidupan sel spermatozoa, secara bersama-sama cairan tersebut menyatu dengan
spermatozoa menjadi produk yang disebut semen, yang dikeluarkan setiap kali
pria ejakulasi.
Fungsi
organ:
Organ-organ
tersebut mulai berfungsi sebagai sistem reproduksi dimulai saat pubertas
sekitar usia 11 -14 tahun. Aktifitas yang diatur oleh organ-organ tersebut
antara lain:
1. Keluarnya semen atau cairan mani
yang pertama kali. Hal ini berlangsung selama kehidupannya. 2. Organ testis
yang menghasilkan sel spermatozoa akan bekerja setelah mendapat pengaruh hormon
testosteron yang dihasilkan oleh sel-sel interstisial Leydig dalam.
2.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi remaja
Kesehatan
reproduksi remaja dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: kebersihan alat-alat
genital, akses terhadap pendidikan kesehatan, hubungan seksual pranikah,
penyakit menular seksual (PMS), pengaruh media massa, akses terhadap pelayanan
kesehatan reproduksi yang terjangkau, dan hubungan yang harmonis antara remaja
dengan keluarganya.
2.1.4.1.
Kebersihan organ-organ genital
Kesehatan
reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana remaja tersebut dalam merawat dan
menjaga kebersihan alat-alat genitalnya. Bila alat reproduksi lembab dan basah,
maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan jamur. Remaja
perempuan lebih mudah terkena infeksi genital bila tidak menjaga kebersihan
alat-alat genitalnya karena organ vagina yang letaknya dekat dengan anus.
2.1.4.2.
Akses terhadap pendidikan kesehatan
Remaja
perlu mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi sehingga
remaja mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan hal-hal yang seharusnya
dihindari. Remaja mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang benar tentang
kesehatan reproduksi dan informasi tersebut harus berasal dari sumber yang
terpercaya. Agar remaja mendapatkan informasi yang tepat, kesehatan reproduksi
remaja hendaknya diajarkan di sekolah dan di dalam lingkungan keluarga. Hal-hal
yang diajarkan di dalam kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi remaja
mencakup tentang tumbuh kembang remaja, organ-organ reproduksi, perilaku
berisiko, Penyakit Menular Seksual (PMS), dan abstinesia sebagai upaya
pencegahan kehamilan, Dengan mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja
secara benar, kita dapat menghindari dilakukannya hal-hal negatif oleh remaja.
Pendidikan tentang kesehatan reproduksi remaja tersebut berguna untuk kesehatan
remaja tersebut, khususnya untuk mencegah dilakukannya perilaku seks pranikah,
penularan penyakit menular seksual, aborsi, kanker mulut rahim, kehamilan
diluar nikah, gradasi moral bangsa, dan masa depan yang suram dari remaja
tersebut.
2.1.4.3.
Hubungan seksual pranikah
Kehamilan
dan persalinan membawa risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih besar pada
remaja dibandingkan pada wanita yang berusia lebih dari 20 tahun. Remaja putri
yang berusia kurang dari 18 tahun mempunyai 2 sampai 5 kali risiko kematian
dibandingkan dengan wanita yang berusia 18-25 tahun akibat persalinan yang lama
dan macet, perdarahan, dan faktor lain. Kegawatdaruratan yang berhubungan dengan
kehamilan juga sering terjadi pada remaja yang sedang hamil misalnya,
hipertensi dan anemia yang berdampak buruk pada kesehatan tubuhnya secara umum.
Kehamilan
yang tidak diinginkan pada remaja seringkali berakhir dengan aborsi. Banyak survey
yang telah dilakukan di negara berkembang menunjukkan bahwa hampir 60%
kehamilan pada wanita berusia di bawah 20 tahun adalah kehamilan yang tidak
diinginkan atau salah waktu (mistimed). Aborsi yang disengaja seringkali
berisiko lebih besar pada remaja putri dibandingkan pada mereka yang lebih tua.
Banyak studi yang telah dilakukan juga menunjukkan bahwa kematian dan kesakitan
sering terjadi akibat komplikasi aborsi yang tidak aman. Komplikasi dari aborsi
yang tidak aman itu antara lain seperti yang dijelaskan dalam buku Facts of
Life yaitu:
1. Kematian mendadak karena pendarahan hebat
2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
4.
Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
5.
Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat
pada anak berikutnya
6.
Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
7.
Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
8.
Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
9.
Kanker hati (Liver Cancer)
10.
Kelainan pada placenta/ ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan
cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya
11.
Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
12.
Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
13.
Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
Selain
itu aborsi juga dapat menyebabkan gangguan mental pada remaja yaitu adanya rasa
bersalah, merasa kehilangan harga diri, gangguan kepribadian seperti berteriak-teriak
histeris, mimpi buruk berkali-kali, bahkan dapat menyebabkan perilaku pencobaan
bunuh diri.
2.1.4.4.
Penyalahgunaan NAPZA
NAPZA
adalah singkatan untuk narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya. Contoh obat-obat NAPZA tersebut yaitu: opioid, alkohol, ekstasi,
ganja, morfin, heroin, kodein, dan lain-lain. Jika zat tersebut masuk ke dalam
tubuh akan mempengaruhi sistem saraf pusat. Pengaruh dari zat tersebut adalah
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, ketergantungan, rasa
nikmat dan nyaman yang luar biasa dan pengaruh-pengaruh lain. Penggunaan NAPZA
ini berisiko terhadap kesehatan reproduksi karena penggunaan NAPZA akan
berpengaruh terhadap meningkatnya perilaku seks bebas. Pengguna NAPZA jarum
suntik juga meningkatkan risiko terjadinya HIV/AIDS, sebab virus HIV dapat
menular melalui jarum suntik yang dipakai secara bergantian.
2.1.4.5.
Pengaruh media massa
Media
massa baik cetak maupun elektronik mempunyai peranan yang cukup berarti untuk
memberikan informasi tentang menjaga kesehatan khususnya kesehatan reproduksi
remaja. Dengan adanya artikel-artikel yang dibuat dalam media massa, remaja
akan mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari untuk menjaga
kesehatan reproduksinya.
2.1.4.6.
Akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi
Pelayanan
kesehatan juga berperan dalam memberikan tindakan preventif dan tindakan
kuratif. Pelayanan kesehatan dapat dilakukan di puskesmas, rumah sakit, klinik,
posyandu, dan tempat-tempat lain yang memungkinkan. Dengan akses yang mudah
terhadap pelayanan kesehatan, remaja dapat melakukan konsultasi tentang
kesehatannya khususnya kesehatan reproduksinya dan mengetahui informasi yang
benar tentang kesehatan reproduksi. Remaja juga dapat melakukan tindakan
pengobatan apabila remaja sudah terlanjur mendapatkan masalah-masalah yang
berhubungan dengan organ reproduksinya seperti penyakit menular seksual.
2.1.4.7.
Hubungan harmonis dengan keluarga
Kedekatan
dengan kedua orangtua merupakan hal yang berpengaruh dengan perilaku remaja.
Remaja dapat berbagi dengan kedua orangtuanya tentang masalah keremajaan yang
dialaminya. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang paling dini bagi seorang
anak sebelum ia mendapatkan pendidikan di tempat lain. Remaja juga dapat
memperoleh informasi yang benar dari kedua orangtua mereka tentang perilaku
yang benar dan moral yang baik dalam menjalani kehidupan. Di dalam keluarga
juga, remaja dapat mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan dan yang harus
dihindari. Orang tua juga dapat memberikan informasi awal tentang menjaga
kesehatan reproduksi bagi seorang remaja.
2.1.4.8.
Penyakit Menular Seksual
Penyakit
menular seksual adalah penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan
seksual. Cara penularannya tidak hanya terbatas secara genital-genital saja,
tetapi dapat juga secara oro-genital, atau ano-genital. Sehingga kelainan yang
timbul akibat penyakit kelamin ini tidak hanya terbatas pada daerah genital
saja, tetapi juga pada daerah-daerah ekstra genital. Penyakit menular seksual
juga dapat terjadi dengan cara lain yaitu kontak langsung dengan alat-alat
seperti handuk, pakaian, termometer dan lain-lain. Selain itu penyakit menular
seksual dapat juga ditularkan oleh ibu kepada bayinya ketika di dalam
kandungan.
Penyakit
menular seksual yang umum terjadi di Indonesia antara lain: gonore,
vaginosis bakterial, herpes simpleks, trikomoniasis, sifilis, limfogranuloma
venerium, ulkus mole, granuloma inguinale, dan Acquired immune
deficiency syndrom (AIDS).
2.2
Pengetahuan
Sebelum
seseorang berperilaku baru, ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat
perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Pengetahuan merupakan hasil
dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Menurut Rogers
(1974) dalam Notoatmodjo (2003), sebelum seseorang berperilaku baru (mengadopsi
perilaku), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, antara
lain :
1.
Kesadaran (Awareness), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu
2. Interest,
yakni orang tersebut mulai tertarik kepada stimulus
3. Evaluation,
yakni orang tersebut menimbang baik tidaknya stimulus bagi dirinya
4. Trial,
orang tersebut mulai mencoba perilaku baru
5. Adoption,
yakni subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya terhadap stimulus.
Pengukuran
pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau dengan menggunakan alat ukur
berupa angket atau kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang akan
diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoadmojo, 2007).
Kesimpulan
Pertumbuhan fisik pada remaja di tandai dengan beberapa indicator. Pada
remaja wanita Pertumbuhan payudara (3 - 8 tahun), Pertumbuhan rambut
pubis/kemaluan (8 -14 tahun), Pertumbuhan badan (9,5 - 14,5
tahun)Menarche/menstruasi (10 – 16 tahun, kadang 7 thn), Pertumbuhan bulu
ketiak (2 tahun setelah rambut pubis), Kelenjar menghasilkan minyak dan
keringat (sama dengan tumbuhnya bulu ketiak). Sedangkan pada laki-laki di
tandai dengan Pertumbuhan testis (10 – 13,5 tahun), Pertumbuhan rambut
pubis/kemaluan (10 – 15 tahun), Pembesaran badan (10,5 – 16 tahun), Pembesaran
penis (11 – 14,5 tahun), Perubahan suara karena pertumbuhan pita suara (Sama
dengan pembesaran penis).
Remaja
perlu mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi sehingga
remaja mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan hal-hal yang seharusnya
dihindari. Remaja mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang benar tentang
kesehatan reproduksi dan informasi tersebut harus berasal dari sumber yang
terpercaya. Agar remaja mendapatkan informasi yang tepat, kesehatan reproduksi
remaja hendaknya diajarkan di sekolah dan di dalam lingkungan keluarga. Hal-hal
yang diajarkan di dalam kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi remaja
mencakup tentang tumbuh kembang remaja, organ-organ reproduksi, perilaku
berisiko, Penyakit Menular Seksual (PMS), dan abstinesia sebagai upaya
pencegahan kehamilan, Dengan mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja
secara benar, kita dapat menghindari dilakukannya hal-hal negatif oleh remaja.
Pendidikan tentang kesehatan reproduksi remaja tersebut berguna untuk kesehatan
remaja tersebut, khususnya untuk mencegah dilakukannya perilaku seks pranikah,
penularan penyakit menular seksual, aborsi, kanker mulut rahim, kehamilan
diluar nikah, gradasi moral bangsa, dan masa depan yang suram dari remaja
tersebut.
Daftar Pustaka
Sarwono, S.W. 2000. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Sulaeman,
D. 1995. Psikologi Remaja : Dimensi-Dimensi Perkembangan.Bandung: CV Mandar
Maju.
Alatas,
Alwi. 2005. (Untuk) 13+, Remaja Juga Bisa Bahagia, Sukses, Mandiri. Jakarta:
Pena.
0 comments:
Post a Comment