Pages

Wednesday, May 23, 2012

Makalah Studi Pemikiran Islam (“ Harta Warisan Anak Zina Dan Anak Li’an Dalam Pandangan Islam “ (Fiqih Wanita)

MAKALAH
STUDI PEMIKIRAN ISLAM
(“ Harta Warisan  Anak  Zina  Dan Anak Li’an  Dalam Pandangan Islam (Fiqih Wanita)


 Dosen Pembimbing :

 Bpk H. Komaru zaman. SHi. MHi


Di Susun Oleh :

Nama                   : Jani
NPM                    : 08810536
Semester             : VII (Tujuh)



FAKULTAS HUKUM
UNIVESRSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2012
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat  dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah  yang berjudul “Harta Warisan Anak Zina Dan Anak Li’an Menurut Pandangan Islam (Fiqih Wanita)

MAKALAH SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM “Pemikiran Ahmad Sukarti dalam pendidikan”


MAKALAH SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM

“Pemikiran Ahmad Sukarti dalam pendidikan”
Dosen:Sri Andri Astuti,S.Ag.M.Ag

Makalah Biologi Kromosom


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Gen yang menentukan sifat suatu makhluk hidup dibawa oleh struktur pembawa gen yang mirip benang dan terdapat di dalam inti sel (nukleus). Kromosom hanya dapat diamati dengan mikroskop pada saat sel sedang membelah secara mitosis atau meiosis.
Di dalam inti terdapat benang-benang halus yang dapat menyerap warna yang disebut kromatin (chroma = berwarna, tin = benang). Pada tahap profase (fase awal ketika sel akan membelah diri), benang-benang kromatin memendek, menebal, dan disebut kromosom (chroma = berwarna, soma = badan).

Makalah Definisi Ilmu Pendidikan


DEFINISI ILMU PENDIDIKAN


A.    DEFINISI ILMU PENDIDIKAN MENURUT PARA TOKOH
Secara definitive arti pendidikan yang diartikan oleh para tokoh pendidikan, sebagai berikut ini :
1.      John Dewey: Pendidikan adalah proses pembentukan-pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.
2.      Langeveld: Pendidikan adalah mempengaruhi anak dalam usaha membimbingnya supaya menjadi dewasa. Untuk membimbing adalah usaha yang disadari dan di laksanakan dengan sengaja antara orang dewasa dan anak-anak.
3.      Hoogeveld: Pendidikan membantu anak supaya cukup cakap menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung jawabnya sendiri.
4.      Rousseau: Pendidikan adalah memberi kita pembekalan yang ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.
5.      Ki Hajar Dewantara: Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi tingginya.
6.      SA. Bratanata: Pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan.
7.      GBHN: Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Makalah Motivasi


MAKALAH
MOTIVASI
Merupakan tugas Kelompok untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Belajar
Jurusan : Tarbiyah
Prodi : Pendidikan Bahasa Arab (PBA)

Di susun Oleh :
Dwi Astuti                     1060162
Fitri Purnamasari        0841232
Mustakim                      1060582

Dosen Pembimbing :
Ibu Zusy Arianti
 
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
JURAI SIWO METRO
2011
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan, sering didapatkan banyak manusia yang melakukan pekerjaan dengan gigih dan banyak pula yang santai, bahkan tidak sedikit yang tidak berbuat apapun. Dengan demikian manusia berbeda-beda dalam melewati setiap detik dalam kehidupannya. Perbedaan perilaku manusia dalam menyikapi waktu tersebut merupakan gejala-gejala kejiwaan yang menarik perhatian. Secara psikologis ada persoalan yang harus dipecahkan, kenapa dalam satu waktu ada orang yang bekerja ada pula yang terbuai dalam lamunan.
Mengapa mereka melakukan perbuatan itu? Apa yang mempengaruhi jiwa mereka sehingga terlahir perilaku yang berbeda-beda? Dalam kajian psikologi, sesuatu yang terdapat dibalik dilakukannya sebuah sikap atau perilaku manusia adalah sesuatu yang dikenal dengan isltilah motivasi.
Istilah motivasi baru digunakan sejak abad kedua puluh. Selama beratus-ratus tahun, manusia dipandang sebagai makhluk rasional dan intelek yang memiliki tujuan dan menentukan sederet perbuatan secara bebas. Manusia bebas memilih dan pilihan ada yang baik maupun yang buruk, tergantung pada intelegensi dan pendidikan individu, oleh karenanya manusia bertanggung jawab penuh terhadap setiap perilakunya.
Konsep motivasi terinspirasi dari kesadaran para pakar ilmu, terutama pakar filsafat, bahwa tidak semua tingkah  laku manusia dikendalikan oleh akal, akan tetapi tidak banyak perbuatan manusia yang dilakukan di luar kontrol manusia. Sehingga lahirlah sebuah pendapat, bahwa manusia di samping sebagai makhluk rasionalistik, ia juga sebagai makhluk yang mekanistik yaitu makhluk yang digerakkan oleh sesuatu di luar nalar, yang biasa disebut naluri atau insting.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Motivasi

Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif[1].
Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting[2] :
1.      Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu
2.      Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling dan afeksi seseorang
3.      Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.
Sedangkan menurut Hoy dan Miskel motivasi adalah kekuatan-kekuatan yang kompleks, dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan, pernyataan-pernyataan, ketegangan (Tension States), atau mekanisme-mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan yang diinginkan ke arah pencapaian tujuan-tujuan personal.
Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia, motivasi diartikan dorongan yang timbul pada diri sesorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu[3].
Jadi motivasi adalah Dorongan yang muncul dalam diri seseorang dalam kondisi apapun yang tujuannya untuk melakukan sesuatu guna mencapai sesuatu yang diinginkan.
Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seorang siswa, misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam, mungkin ia tidak senang, mungkin sakit, lapar, ada problem pribadi dan lain-lain. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energi, tidak terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar. Keadaan semacam ini perlu dilakukan daya upaya yang dapat menemukan sebab musababnya kemudian mendorong seorang siswa itu mau melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan, yakni belajar. Dengan kata lain, siswa perlu diberikan rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya.

B.     Teori-teori Motivasi[4]
1.      Teori Hedonisme
Hedonisme adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan atau kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran di dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan yang bersifat duniawi. Menurut teori Hedonisme, para siswa harus diberi motivasi secara tepat agar tidak malas belajar matematika, dengan cara memenuhi kesenangannya.
2.      Teori Naluri (Psikoanalisis)
Teori naluri merupakan bagian terpenting dari pandangan mekanisme terhaddap manusia. Menurut teori naluri, seseorang tidak memilih tujuan dan perbuatan, akan tetapi dikuasai oleh kekuatan-kekuatan bawaan, yang menentukan tujuan dan perbuatan yang akan dilakukan.

3.      Teori Reaksi yang Dipelajari
Teori ini berbeda pandangan dengan tindakan atau perilaku manusia yang berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola dan tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang belajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat ia hidup dan dibesarkan. Oleh karena itu, teori ini disebut teori lingkungan kebudayaan. Menurut teori ini, apabila seorang pemimpin atau seorang pendidik akan memotivasi anak buah atau anak didiknya, Pemimpin atau Pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang yang dipimpinnya.

4.      Adanya Teori Pendorong (Drive Theory)
Teori ini merupakan perpaduan antara “teori Naluri” dengan “teori reaksi yang dipelajari”. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya sesuatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Misalnya suatu daya pendorong pada lawan jenis. Semua orang dalam semua kebudayaan mempunyai daya pendorong pada lawan jenis. Namun cara-cara yang digunakan berlainan pada setiap individu, menurut latar belakang dan kebudayaan masing-masing.



5.      Teori Kebutuhan
Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Kadang-kaddang istilah “kebutuhan” dan “dorongan” digunakan secara bergantian, namun kebutuhan lebih sering mengacu pada keadaan fisiologis, dari hilangnya jaringan-jaringan, dan “dorongan” mengacu pada akibat psikologis dari suatu kebutuhan. Kebutuhan dan dorongan berjalan pararel tetapi tidak identik.

Menurut Maslow, manusia memiliki lima tingkat kebutuhan yaitu : kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital, menyangkut fungsi-fungsi biologis, seperti kebutuhan akan pangan, sandang dan papan, kesehatan dan kebutuhan seks.
a.       Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety and security). Seperti perlindungan dari bahaya dan ancaman, penyakit, perang, kelaparan, dan perlakuan tidak adil.
b.      Kebutuhan sosial, yang meliputi kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan dan kerja sama.
c.       Kebutuhan akan penghargaan, termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi , kemampuan, status dan pangkat.
d.       Kebutuhan akan aktualisasi diri, seperti kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, mengembangkan diri sebagai maksimum, kreativitas dan ekspresi diri.




C.    Macam-macam Motivasi
Menurut Chaplin, motivasi dapat dibagi menjadi dua[5] :
1.      Physiological drive
Ialah dorongan-dorongan yang bersifat fisik, seperti lapar, haus, seks dan sebagainya.
2.      Social motives
Ialah dorongan-dorongan yang berhubungan dengan orang lain, seperti estetis, dorongan ingin selalu berbuat baik, dan etis.

Sedangkan Woodwoth dan Marquis menggolongkan motivasi menjadi tiga macam, yaitu[6] :
1.      Kebutuhan-kebutuhan organis, yaitu motivasi yang berkaitan dengan kebutuhan dengan dalam, seperti makan, minum, kebutuhan bergerak dan istirahat/tidur dan sebagainya.
2.      Motivasi darurat yang mencakup dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dorongan untuk berusaha, dorongan untuk  mengejar dan sebagainya. Motivasi ini timbul jika situasi menuntut timbulnya kegiatan yang cepat dan kuat dari diri manusia.
3.      Motivasi objektif yaitu motivasi yang diarahkan kepada objek atau tujuan tertentu di sekitar kita, motif ini mencakup kebutuhan untuk eksplorasi, manipulasi, menaruh minat.

D.    Motivasi bagi Belajar Manusia[7]
Seorang guru sangat menyadari pentingnya motivasi di dalam membimbing belajar murid. Berbagai macam teknik misalnya kenaikan tingkat, penghargaan, peranan-peranan kehormatan, piagam-piagam prestasi, pujian dan celaan telah dipergunakan untuk mendorong murid-murid agar mau belajar. Bukan hanya sekolah-sekolah yang berusaha memberi motivasi tingkah laku manusia ke arah perubahan tingkah laku yang diharapkan.

E.     Motivasi dalam Kaca Mata Islam
Dalam Al qur’an ditemukan beberapa statement baik secara eksplisit maupun implisit menunjukkan beberapa bentukan dorongan yang mempengaruhi manusia. Beberapa ayat Al-qur’an tersebut antara lain[8] :
1.      Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan apa-apa yang diingini, para perempuan, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan (kendaraan yang bagus), binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (Surga). (Q.S. Ali Imran : 14)
2.      Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia. (Q.S. Al Qiyamah : 20)
3.      Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetapkan atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Q.S. Ar Ruum : 30).
Ayat yang pertama dan kedua menunjukkan bahwa manusia pada dasarnya memiliki kecintaan yang kuat terhadap dunia dan syahwat (sesuatu yang bersifat kenikmatan pada badan) yang terwujud dalam kesukaan terhadap perempuan, anak, dan harta kekayaan. Dalam ayat kedua dijelaskan larangan untuk menafikan kehidupan dunia karena sebenarnya manusia diberikan keinginan dalam dirinya untuk mencintai dunia itu.
Ayat yang ketiga menekankan motif bawaan dalam wujud fitrah, sebuah potensi dasar. Potensi dasar yang memiliki makna sifat bawaan, mengandung arti bahwa sejak diciptakan manusia memiliki sifat bawaan yang menjadi pendorong untuk melakukan berbagai macam bentuk perbuatan, tanpa disertai dengan peran akal, sehingga terkadang manusia tanpa disadari bersikap dan bertingkah laku untuk menuju pamenuhan fitrahnya.
Dalam kaitannya dengan itu, potensi dasar dapat mengambil wujud dorongan-dorongan naluriah di mana pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang di dalam hal ini biasa disebut naluri, yaitu :
a.       Dorongan naluri mempertahankan diri
Naluri mempertahankan diri ini terwujud secara biologis dalam wujud dorongan unutk mencari makan, menghindarkan diri dari bahaya, menjaga diri agar tetap sehat, mencari perlindungan untuk hidup aman dan sebagainya. Dorongan menjaga diri, menurut Najati berfungsi melayani dorongan cinta keabadian, sebab dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiologis, tubuh sebenarnya telah mengusahakan kelangsungan hidup seseorang.

b.      Dorongan naluri mengembangkan diri
Naluri mengembangkan diri sendiri juga merupakan sebuah potensi dasar manusia sebagai bentukan senyawa unsur ruhiy dan jism. Dimensi jism yang statis dihiasi dimensi ruhiy melahirkan sebuah sinergi unsur yang berdinamika. Dinamika diri ini terarah pada usaha pengembangan diri yang terwujud dalam bentuk pencapaian diri dalam aspek pengetahuan bahkan pada aktualitas diri.  Dorongan ingin tahu dan mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya pada manusia inilah yang menjadikan budaya manusia makin maju dan makin tinggi.


c.       Dorongan naluri diri mempertahankan jenis.
Manusia atau hewan secara sadar maupun tidak sadar, selalu menjaga agar jenisnya ataupun keturunannya tetap berkembang dan hidup. Dorongan nafsu ini antara lain terjelma dalam adanya perjodohan dan perkawinan untuk memelihara dan mendidik anak-anak.
















BAB III
PENUTUP

Dari uraian di atas dapat diambil beberapa kesimpulan, yakni :
1.         Motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan
2.         Teori motivasi terbagi menjadi lima, yaitu :
a.       Teori Hedonisme
b.      Teori Naluri (psikoanalisis)
c.       Teori reaksi yang dipelajari
d.      Adanya teori pendorong (Drive theory)
e.       Teori kebutuhan
3.         Menurut Chaplin, motivasi dapat dibagi menjadi dua yakni phsiological drive dan social motives, sedangkan menurut Woodwoth dan Marquis menggolongkan motivasi menjadi tiga macam yakni kebutuhan-kebutuhan organis, motivasi darurat dan motivasi objektif
4.         Motivasi bagi belajar manusia sangatlah penting, tanpa  motivasi tidak ada semangat seorang manusia dalam melakukan aktifitas kehidupannya
5.         Dalam pandangan islam, motivasi telah banyak dijelaskan dalam ayat-ayat Allah sehingga merupakan pendukung untuk menggerakkan semangat bagi para muslim untuk melakukan sesuatu.



[1] Sardiman, 2010, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, h. 73
[2] Ibid, h. 74
[3] Kamus Besar Bahasa Indonesia / Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, ed. 2. Cet. 9, Jakarta : Balai Pustaka, 1997, h. 666
[4] Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, 2004, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, Jakarta : Prenada Media, h. 133
[5] Ibid, h. 137
[6] Ibid, h. 138
[7] Wasty Soemanto, 1998, Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT. Rineka Cipta, h. 200
[8] Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, op.cit., h. 141


Kamus Besar Bahasa Indonesia / Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, ed. 2. Cet. 9, Jakarta : Balai Pustaka, 1997, h. 666

Sardiman, 2010, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Shaleh, Abdul Rahman dan Muhbib Abdul Wahab, 2004, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, Jakarta : Prenada Media
Soemanto, Wasty, 1998, Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT. Rineka Cipta